Sekilas.co – Sebuah video yang memperlihatkan kondisi bangunan sekolah di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, viral di media sosial dan menuai banyak keprihatinan. Dalam video tersebut terlihat bahwa sekolah berada di area persawahan Desa Napis, Kecamatan Tambakrejo, dengan bangunan yang sangat sederhana. Dinding ruang kelas hanya terbuat dari papan, sementara atapnya masih menggunakan lembaran asbes.
Bagian dalam kelas juga tampak jauh dari standar kelayakan. Lantai masih berupa tanah dan ruang kelas hanya dibatasi sekat kayu setengah badan. Meja belajar serta papan tulis terlihat seadanya. Beberapa siswa berseragam pramuka terlihat sedang beristirahat, usai mengikuti pembelajaran dari seorang guru yang mengenakan batik.
Saat merekam, perekam video sempat berbincang dengan guru yang bertugas dan menanyakan identitasnya. Ia juga menunjukkan ruangan lain yang belum difungsikan karena atapnya bocor dan rawan rusak saat terjadi hujan dan angin kencang.
Kondisi sekolah dalam video tersebut memicu banyak komentar dari warganet. Mereka mempertanyakan perhatian pemerintah daerah, terlebih Bojonegoro dikenal memiliki anggaran besar yang sebagian masih mengendap di bank. Banyak yang menyayangkan kondisi sekolah di wilayah tersebut masih memprihatinkan meskipun daerah memiliki kemampuan anggaran yang tinggi.
Menanggapi video yang beredar, Camat Tambakrejo, Kasmari, membenarkan bahwa sekolah tersebut berlokasi di Desa Napis. Namun ia menegaskan bahwa bangunan itu bukan sekolah negeri, melainkan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang berada di bawah naungan Yayasan serta Kementerian Agama (Kemenag). Menurutnya, gedung tersebut baru berdiri sekitar dua tahun lalu di atas tanah wakaf untuk mempermudah akses pendidikan bagi anak–anak di sekitar.
Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Bojonegoro, Sholihul Hadi, turut memberikan penjelasan. Ia menyebut bangunan dalam video tersebut merupakan bagian dari MI Silahul Muslimin, lembaga pendidikan yang dibangun karena akses menuju sekolah terdekat sulit dilalui saat musim hujan.
Awalnya, masyarakat setempat hanya memiliki Madrasah Diniyah, kemudian berkembang menjadi RA (Taman Kanak-kanak), hingga akhirnya didirikan MI agar anak–anak dapat melanjutkan pendidikan tanpa harus menempuh perjalanan jauh.
Menurut Sholihul, MI tersebut sebenarnya sudah memiliki gedung kelas dan kantor yang lebih layak, namun berada di lokasi berbeda sehingga sebagian siswa masih harus belajar di bangunan sederhana yang tampak dalam video. Ia memastikan bahwa pihaknya akan mengusulkan bantuan pembangunan sarana prasarana melalui aplikasi EMIS ke Kemenag pusat. Namun, keputusan mengenai alokasi bantuan sepenuhnya bergantung pada pemerintah pusat.
Saat ini, MI Silahul Muslimin tercatat memiliki 35 siswa yang bersekolah di bangunan tersebut dengan komposisi yang bervariasi di setiap jenjang kelas.





