Konflik Internal UGM BEM Resmi Keluar dari Keluarga Mahasiswa, Ini Penjelasannya

foto/ilustrasi

Sekilas.co – Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM UGM) resmi menyatakan mundur dari Keluarga Mahasiswa (KM), struktur induk organisasi mahasiswa di kampus tersebut. Langkah ini diambil sebagai upaya pembaruan gerakan yang dinilai perlu menyesuaikan diri dengan kondisi kekinian.

Ketua BEM UGM, Tiyo Ardianto, menjelaskan bahwa keputusan itu merupakan hasil evaluasi panjang terhadap kondisi pergerakan mahasiswa. Ia menilai peran mahasiswa dalam mengadvokasi isu-isu publik, baik terkait kebijakan kampus maupun negara, semakin berkurang.

Baca juga:

Menurutnya, persepsi bahwa BEM mewakili seluruh 42 ribu mahasiswa justru membatasi ruang partisipasi yang lebih luas.

“Selama ini seolah ketua BEM menjadi pusat segalanya. Padahal setiap mahasiswa punya hak yang sama untuk bersuara,” kata Tiyo pada Selasa, 25 November 2025.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Arie Sujito, menanggapi bahwa keputusan BEM UGM dapat dilihat sebagai kritik terhadap situasi gerakan mahasiswa di banyak perguruan tinggi dalam merespons dinamika sosial-politik nasional. Ia menegaskan bahwa kampus tetap membuka ruang dialog dan ekspresi mahasiswa.

“Tidak ada upaya membungkam karena posisi mahasiswa, termasuk BEM, kami tempatkan sebagai mitra yang setara,” ujar Arie, Kamis, 27 November 2025. Ia menambahkan bahwa mahasiswa memiliki kebebasan untuk menafsirkan dan menjawab tantangan gerakan sesuai konteksnya.

Tiyo menyebut BEM UGM kini tengah merumuskan model organisasi baru yang dapat memperkuat peran mahasiswa. Konsep tersebut bertujuan mengatasi kelemahan struktural dalam KM serta memperluas akses keterlibatan dalam isu publik.

“Barangkali lebih tepat disebut gagasan baru bagi gerakan mahasiswa,” ucapnya pada Jumat, 28 November 2025.

Tiyo menegaskan bahwa detail rencana masih dibahas secara internal. Namun ia memastikan perubahan ini diarahkan untuk menghadirkan gerakan mahasiswa yang lebih efektif, adaptif, dan terbuka.

“Kami berupaya memperbaiki segala hal yang selama ini dianggap menghambat dan melemahkan pergerakan,” kata Tiyo.

Artikel Terkait