Kementerian Pendidikan Tanggapi Petisi Pembatalan TKA 2025

foto/istimewa

sekilas.co  – Akun bernama Siswa Agit membuat petisi berjudul “Batalkan Pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik 2025” di Change.org. Akun tersebut mengaku prihatin dan merasa tertekan dengan adanya sistem baru.
“Sistem ini tidak hanya menambah tekanan bagi kami, tetapi juga mempermainkan masa depan pendidikan kami,” tulis Siswa Agit, dikutip dari laman Change.org pada Selasa, 28 Oktober 2025.

Menurut akun tersebut, pelaksanaan TKA terkesan dipaksakan dan dilakukan tanpa persiapan yang matang. Ia juga menilai tidak ada pemberitahuan yang memadai bagi siswa tingkat SMA/SMK sederajat.

Baca juga:

Selain itu, ia mengatakan bahwa penetapan kisi-kisi yang terlambat turut menyulitkan para siswa dalam melakukan persiapan secara optimal. Saat ini, petisi tersebut telah ditandatangani oleh 141.404 orang.

Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen, Toni Toharudin, memberikan tanggapan terkait petisi tersebut.
“Disikapi dengan penuh semangat saja, kami sedang berikhtiar untuk pendidikan bermutu,” ujarnya melalui pesan teks pada Senin malam, 27 Oktober 2025.

Peraturan mengenai TKA ini diundangkan pada 3 Juni 2025 dan bertujuan untuk menjamin bahwa seluruh siswa, baik dari jalur formal, nonformal, maupun informal, memiliki kesempatan yang setara untuk dinilai secara objektif dan terstandar.

Pembuat petisi tersebut menyinggung dokumen Salinan Perkaban Nomor 45 Tahun 2025 tentang Kerangka Asesmen TKA SMA/MA dan SMK/MAK, yang baru ditetapkan pada 14 Juli 2025.

“Dari 14 Juli hingga 3 November, para guru dan murid hanya memiliki waktu tersisa 112 hari, alias sekitar 3,5 bulan,” tulis Siswa Agit dalam petisinya. Ia menambahkan, Pusat Asesmen Pendidikan (Pusmendik) Kemendikdasmen juga baru memulai pelaksanaan simulasi TKA online untuk jenjang SMA/MA/SMK/MAK dan sederajat secara resmi pada 6 Oktober 2025.

Ia juga menyebut para guru bimbingan belajar telah berusaha membuat perkiraan soal sejak Juli 2025 setelah kisi-kisi dibagikan. Namun, menurutnya, perkiraan soal tersebut sama sekali tidak akurat, bahkan jika dibandingkan dengan perkiraan soal dari Pusmendik.

Akibatnya, para guru harus kembali merancang ulang perkiraan soal setelah simulasi TKA online pertama digelar.
“Bayangkan, sesingkat itu waktu kami untuk bersiap. Waktu persiapan yang sangat singkat akibat jadwal kelas 12 yang padat hanya menambah tantangan yang kami hadapi,” tulisnya.

Artikel Terkait