Bangun Citra Positif, BGN Minta SPPG Fokus pada Konten Edukatif tentang MBG

foto/istimewa

Sekilas.co – Badan Gizi Nasional (BGN) mengimbau para pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di seluruh Indonesia untuk aktif membuat dan menyebarkan konten positif di media sosial, khususnya TikTok, mengenai program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, menjelaskan bahwa langkah ini penting untuk menyeimbangkan banyaknya narasi negatif yang beredar di masyarakat. Ia menilai, publik sering kali lebih fokus pada berita-berita minor, padahal keberhasilan program MBG sudah sangat nyata dan berdampak besar.

Baca juga:

“Sampai minggu lalu, kami sudah melayani 1,6 miliar porsi makanan di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, hanya sekitar 9.000 kasus keracunan atau setara 0,0001 persen. Tapi yang terus diberitakan justru angka 0,0001 ini,” ujar Tigor saat memberikan paparan dalam kegiatan Sosialisasi Kebijakan dan Tata Kelola MBG di Hotel Soll Marina, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Kamis, 23 Oktober 2025.

Menurut Tigor, sangat sedikit pemberitaan yang menyoroti keberhasilan dan kerja keras seluruh pihak dalam menjalankan program nasional tersebut. Oleh karena itu, ia mendorong para pengelola SPPG, yayasan, dan mitra kerja agar turut berperan aktif menciptakan konten bernarasi positif.

“Narasi positif diperlukan untuk membangkitkan semangat dan memperluas pemahaman masyarakat tentang dampak baik program MBG. Jadi, saya minta semua pemimpin yayasan dan mitra membuat video TikTok dengan bahasa yang positif. Mari kita lawan narasi negatif itu karena sangat berbahaya,” tegas Tigor.

Lebih lanjut, Tigor mencontohkan bagaimana program MBG memberikan dampak nyata bagi masyarakat di Bangka Belitung. Di wilayah yang selama ini dikenal sebagai daerah tambang timah itu, dari 120 titik SPPG yang telah ditetapkan, 36 di antaranya sudah aktif beroperasi dan memberikan efek langsung terhadap perekonomian lokal.

“Bayangkan jika satu SPPG menghabiskan dana Rp500 juta untuk belanja setiap bulan. Artinya, ada lebih dari Rp15 miliar perputaran uang di Bangka Belitung yang digunakan untuk membeli bahan pangan seperti sayur, ayam, dan lainnya. Ekonomi masyarakat jadi tidak lagi hanya bergantung pada sektor tambang,” ujarnya.

Tigor juga menyoroti sejumlah tantangan yang dihadapi wilayah kepulauan seperti Bangka Belitung. Salah satunya adalah jarak antar dapur SPPG yang tidak merata. Ada dapur yang berdekatan, namun ada pula yang harus melayani wilayah sejauh lebih dari 6 kilometer.

“Kalau dapur terlalu jauh, makanan bisa basi sebelum sampai ke penerima manfaat. Ini yang paling kami khawatirkan,” katanya.

Selain kendala jarak, BGN juga mencatat masalah ketersediaan bahan pangan lokal. Sebagian besar pasokan masih bergantung dari luar daerah, seperti Palembang, Sumatera Selatan. Karena itu, pihaknya mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk memperkuat sektor pertanian dan peternakan lokal.

“Kita dorong pemda agar masyarakat Bangka Belitung mau bertani dan beternak. Produksi sayur, ayam petelur, ayam pedaging, dan ikan harus digerakkan dari dalam daerah. Hasilnya pasti dibeli oleh dapur-dapur SPPG,” tambahnya.

Melalui kolaborasi antara BGN, pemda, dan masyarakat, Tigor berharap program Makan Bergizi Gratis tidak hanya meningkatkan asupan gizi anak-anak, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara berkelanjutan.

Artikel Terkait